Acara Diskusi Ilmiah Jendela Edukasi pada ajang Agb Weeks 2021 adalah salah satu wadah bagi anggota Himasae untuk berdiskusi atau bertukar pendapat mengenai permasalahan pertanian yang ada agar ditemukan solusi yang dapat diterapkan. Diskusi Ilmiah Jeduk kali ini bertemakan "Pertanian 4.0". Peserta yang mengikuti kegiatan ini merupakan seluruh anggota Himasae mulai dari angkatan 2020 hingga angkatan 2017++ termasuk anggota luar biasa Himasae. Sebelum mengadakan Diskusi Ilmiah Jeduk, diadakan pendaftaran terlebih dahulu pada tanggal 4-8 Juni 2021.

Kegiatan Diskusi Ilmiah Jeduk diadakan pada hari Rabu, 9 Juni 2021 pukul 19.15 - 21.30 WIB melalui platform Zoom. Kegiatan ini dihadiri oleh 32 peserta dan panitia. Rangkaian kegiatan ini berupa pembukaan, diskusi pada forum kecil, diskusi pada forum besar, serta penutupan. Pada diskusi ini, peserta dibagi menjadi 3 kelompok atau forum kecil yang membahas mengenai garis besar pengertian pertanian 4.0 serta contoh beberapa negara yang sudah menerapkan pertanian 4.0. Selain itu, diskusi pada forum kecil ini bertujuan untuk menyelaraskan pemahaman peserta diskusi agar dapat langsung mengikuti pembahasan permasalahan yang akan dilakukan ketika diskusi pada forum besar.


Setelah pembahasan diskusi pada forum kecil dirasa sudah cukup, peserta kembali lagi menuju forum besar. Pada diskusi forum besar ini ditemukan beberapa permasalahan atau kendala mengapa di Indonesia belum dapat menerapkan pertanian 4.0 secara menyeluruh. Diantaranya adalah :

1. Belum meratanya pembangunan infrastruktur
Untuk menerapkan Internet of Thing (loT) memerlukan akses internet yang baik, sementara itu di seluruh indonesia tidaklah semua akses internetnya berjalan dengan baik. Sehingga pertanian berbasis IOT belum sepenuhnya bisa diterapkan di seluruh wilayah di Indonesia.

2. Masih rendahnya SDM di Bidang Pertanian
Faktanya, sebagian besar petani berusia lebih dari 40 tahun dan lebih dari 70% petani di Indonesia hanya berpendidikan setara SD bahkan dibawahnya. Pendidikan formal yang rendah tersebut menyebabkan pengetahuan dalam pengolahan pertanian tidak berkembang serta monoton. Petani hanya mengolah pertanian seperti biasanya tanpa menciptakan inovasi-inovasi terbaru demi peningkatan hasil pangan yang berlimpah. 

3. Petani belum melek teknologi
Walaupun Revolusi Industri 4.0 difokuskan terhadap petani milenial namun pentingnya teknologi juga berpengaruh terhadap petani yang bukan milenial, sebab petani indonesia saat ini masih banyak tamatan SD dan SMP yang masih berusia produktif, mereka juga masih berperan dalam dunia pertanian dan dalam hal kemajuan teknologi pertanian di 35 tahun yang akan datang.

4. Perlunya biaya yang besar
Alat teknologi yang canggih tidak murah harganya, apalagi luasnya wilayah perkebunan dan pertanian Indonesia membutuhkan alat yang banyak. Selain itu, belum semua wilayah pertanian yang ada di Indonesia terfasilitasi teknologi ataupun alat mesin pertanian canggih oleh pemerintah.

Melihat masalah utama di atas, terdapat beberapa solusi yang ditawarkan antara lain :
1. Memberikan pelatihan atau penyuluhan kepada para petani dan masyarakat luas
2. Butuhnya bantuan dana dari pemerintah
3. Membenarkan infrastruktur seperti memeratakan internet
4. Pemerintah membuat desa yang menjadi bayangan atau role model yang sudah menerapkan pertanian 4.0 secara ideal.